This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Tabloid Libfour Edisi 2 Tahun 2022

Tabloid Libfour adalah tabloid Perpustakaan SMKN 4 Jakarta yang merupakan wadah kreativitas peserta didik untuk berbagai informasi maupun wadah untuk menampung ide dan gagasan atau hasil pemikiran semua warga SMKN 4 Jakarta. Tabloid ini juga merupakan gambaran pencapaian prestasi sekolah, baik di tingkat intern sekolah, kabupaten, provinsi, nasional, maupun internasional yang telah kita capai. Tabloid LibFour adalah sarana informasi dan komunikasi yang dituangkan melalui media online. Media ini juga diharapkan menjadi sarana pengembangan diri bagi program perpustakaan maupun program sekolah agar dapat lebih tersosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.

Kunjungan perpustakaan nasional RI

Oleh : Robiah Tri Andini, Gading, Lilis Friscillia 

Pada hari Jumat, 14 Oktober 2022 kami rombongan dari SMKN 4 Jakarta memenuhi undangan dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta melaksanakan study tour ke Perpustakaan Nasional RI yang beralamat di Jalan Merdeka Selatan No.11 Jakarta Pusat. Pada kunjungan tersebut SMKN 4 Jakarta membawa 20 Siswa/i kelas X dan XI dan juga di dampingi oleh 2 guru pendamping. Kami mulai berangkat dari SMKN 4 Jakarta jam 08.00 Pagi karena sesuai dengan agenda disana, kegiatan yang akan kami laksanakan pada jam 09.00 wib.

Sesampai disana pada jam 09.00 wib kami diajak berkeliling di gedung aksara yang merupakan gedung utama yang berada di Perpustakaakaan Nasioanal RI , dan kami mendapat sambutan dari dua pustakawan untuk mendapatkan penjelasan pada isi yang terdapat di dalam gedung tersebut, mulai dari sejarah aksara, ruang pameran aksara kuno, bahan yang digunakan dalam aksara dulu sampai dengan mobilitas penyebaran akasara ke- masayarakat luas. Penjelasan yang disampaikan oleh pustakawan tersebut sangat mudah di pahami oleh kami. selain itu juga pada ruangan ini ada pidato presiden pertama indonesia Ir. Soekarno, serta terdapat pameran foto para pejabat negara ini mulai dari Puan Maharani sampai presiden Joko Widodo . Dari pemaparan diatas kami dapat mengetahui bahwa aksara ini sendiri pertama kali digunakan oleh bangsa Semit sekitar 2.500 tahun lalu. Aksara Latin ini kemudian dikenal luas sebagai aksara Romawi dan berkembang menjadi alfabet Inggris dengan 26 huruf yang kita pelajari sampai sekarang. Aksara terindah yang ada di dunia adalah Aksara Burmese yang berasal dari Myanmar. Setelah itu, rombongan SMKN 4 Jakarta membuat kartu anggota Perpustakaan Nasional RI yang terletak di lantai 2, namun sebelum ke lantai 2 kami mendaftar secara online pada website perpustakaan nasional RI

https://keanggotaan.perpusnas.go.id/daftar.aspx








Sertifikasi Profesi Pustakawan 1-2 November 2021

Pustakawan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan bahwa  Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.  Sementara pada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, walaupun pengertiannya masih dibatasi pada lingkup PNS --belum pada tataran pustakawan secara umum-- sebagaimana dinyatakan bahwa Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melaksanakan kegiatan kepustakawanan.

Adapun pengertian Kepustakawanan adalah kegiatan ilmiah dan profesional yang meliputi pengelolaan perpustakaan, pelayanan perpustakaan, dan pengembangan sistem kepustakawanan. Dimana Pengelolaan Perpustakaan adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan. Pelayanan Perpustakaan adalah kegiatan memberikan bimbingan dan jasa perpustakaan dan informasi kepada pemustaka yang meliputi pelayanan teknis dan pelayanan pemustaka. Sementara Pengembangan Sistem Kepustakawanan adalah kegiatan menyempurnakan sistem kepus-takawanan  yang meliputi pengkajian kepustakawanan, pengembangan kepustakawanan, penganalisisan/pengkritisan karya kepustakawanan, dan penelaahan pengembangan sistem kepustakawanan.

Tenaga perpustakaan harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan standar nasional perpustakaan yang mencakup kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi. Tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan

Cakupan Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan (SKKNI, 2012). Kompetensi meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Adapun cakupan kompetensi terdiri atas pendidikan formal yang sesuai dengan profesi, pelatihan kerja yang sesuai dengan profesinya, dan pengetahuan yang didapat dari pengalaman kerja. Sementara cakupan Keahlian Kompetensi terdiri atas Kompetensi melaksanakan tugas pekerjaan (Task Skill), Kompetensi mengelola tugas pekerjaan (Task Management Skill), Kompetensi menghadapi keadaan darurat (Contingency Management Skill), Kompetensi menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja (Job/Role Environment Skill), Tanggungjawab dan bekerja sama dengan orang lain (Transfer Skills) atau skill for employability)

Cakupan Sikap Kerja kompetensi adalah memiliki sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Alhamdulillah, SMKN 4 Jakarta telah memiliki pustakawan yang telah tersertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi Pustakawan (BNSP) yang dilaksankan pada tanggal 1-2 November 2021 yang di wakili oleh Sdr. Viki Iswanto,M.S.IP (Pustakawan) SMKN 4 Jakarta.









 

Menggerakkan Literasi melalui Perpustakaan


Dalam rangka turut serta mewujudkan perpustakaan sekolah yang profesional dan menyukseskan Gerakan Literasi Nasional sebagai bagian dari upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, Pengurus Pusat Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (PP Atpusi) menyelenggarakan seminar dengan tema “Peran Tenaga Perpustakaan Sekolah dalam Gerakan Literasi Nasional” di Ruang Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa, 23 Mei 2017.

Pada kesempatan itu, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Dadang Sunendar yang menjadi pembicara kunci pada seminar tersebut menyampaikan pesan Mendikbud bahwa salah satu hal penting yg digarisbawahi adalah pemberdayaan perpustakaan. Perpustakaan menjadi salah satu basis utama pendidikan yang memberikan dukungan langsung kepada peserta didik di berbagai jenjang. Mendikbud juga berpesan bahwa Badan Bahasa harus membantu perpustakaan-perpustakaan bukan hanya di sekolah.

“Salah satu tugas kami terkait Gerakan Literasi Nasional (GLN) adalah memperkuat seluruh perpustakaan yg ada di tanah air. Tugas dan fungsi (tusi) kami sampai saat ini baru pada tingkat penyusunan. Tahun lalu, kami sudah menghasilkan 170 buku cerita rakyat yaitu berupa cerita daur ulang, baru, dan lama. Sekitar 500-an cerita kami periksa dan kami minta penilaiannya pada Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), Kemendikbud,” ujar Dadang.

Selanjutnya, Dadang menuturkan bahwa “Strategi kami adalah menyampaikan cerita-cerita tersebut kepada ditjen yg memiliki tusi pendanaan untuk buku-buku tertentu seperti Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) yang tusi utamanya adalah pengadaan buku2 teks utama. Kemudian memberikan buku-buku tersebut dalam bentuk daring kepada Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekkom), Kemendikbud. Karena beberapa sekolah dan perpustakaan sudah memiliki sarana prasarana yang memadai, sehingga mereka bisa mencari melalui laman Kemendikbud,” tuturnya.

Ia menambahkan, bahwa selama ini kita kurang memberikan peran yang cukup besar kepada pustakawan. “Republik ini sangat memerlukan peran pustakawan-pustakawan,” tambahnya.

Sejak tahun 2016, Kemendikbud menunjuk Badan Bahasa menjadi Koordinator Gerakan Literasi Nasional (GLN). “Salah satu rekan kami adalah perpustakaan-perpustakaan dan dalam waktu dekat kami merencanakan pencanangan GLN yang melibatkan kementerian/lembaga, dan perpustakaan. Bila dari Badan Bahasa memiliki 30 balai/kantor bahasa di 30 provinsi, nantinya masyarakat bisa datang ke balai/kantor bahasa untuk mencari buku-buku sastra,” ungkap Dadang.

Sementara itu, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) jangkauannya lebih luas sampai ke pelosok, baik perpustakaan di tempat maupun bergerak. “Hal ini yang akan kita dorong yaitu peran perpustakaan dalam menggerakkan literasi, karena yang perlu dibangun bersama adalah mengubah masyarakat dari Pembaca reaktif (membaca karena ada kejadian) menjadi pembaca proaktif. Mari kita mulai menghilangkan stigma bahwa masyarakat Indonesia tidak gemar membaca melalui wajah-wajah pustakawan yang ceria mengundang masyarakat untuk datang ke perpustakaan,” kata Dadang.

Menurut Dadang, minat baca masyarakat Indonesia sebetulnya besar, contohnya adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Badan Bahasa adalah laman dengan peringkat nomor satu yang paling banyak dibaca di Indonesia. “Ini juga menunjukkan ada kegiatan literasi di sini, dalam waktu dekat kami akan mencetak sepuluh ribu KBBI dan dibagikan ke sekolah-sekolah. Memang untuk saat ini jumlahnya masih terbatas,” ungkap Dadang.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Bahasa, Hurip Danu Ismadi mengatakan bahwa tahapan GLN untuk 2016 adalah terkait rintisan dan pengenalan, tahun 2017 terkait penyelarasan dan pelaksanaan, tahun 2018 terkait peluasan dan penguatan, dan tahun 2019 terkait evaluasi dan tindak lanjut. Sedangkan target implementasi GLN pada lingkup keluarga, tahun 2017 mencakup 80 kabupaten/kota, tahun 2018 mencakup 100 kabupaten/kota, tahun 2019 mencakup 150 kabupaten/kota, dan tahun 2020 mencakup 184 kabupaten/kota.

Sementara itu, menurut Danu target pengayaan bahan literasi untuk sekolah pada tahun 2017 sejumlah 475 bahan bacaan, tahun 2018 sejumlah 780 bahan bacaan, tahun 2019 sejumlah 1085 bahan bacaan, dan tahun 2020 sejumlah 1390 bahan bacaan.

Sumber :

https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/menggerakkan-literasi-melalui-perpustakaan/

Peran Perpustakaan Sekolah Untuk Menangkal Berita Hoax Dalam Bentuk Kegiatan Literasi Informasi Oleh Viki Iswanto M. S.IP

Pendahuluan

Pertumbuhan kemajuan smarthphone dan media sosial yang tidak diimbangi dengan perkembangan literasi informasi akan menyebabkan berita palsu alias hoax yang banyak tersebar di internet. Informasi menyesatkan itu banyak beredar melalui aneka jalur digital, Whatshap, Twitter, Instagram, Facebook, Line, dan termasuk situs online maupun portal berita online yang tersebar di internet sehingga informasi yang disebarkan itu belum bisa di pertanggung jawabkan secara shahih.
Dalam ajaran Islam sendiri kita mengenal istilah Tabayyun. Pengertian tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti dan menyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar permasalahan yang sedang terjadi.
Tabayyun adalah akhlaq mulia yang merupakan prinsip penting dalam menjaga kemurniaan ajaran Islam dan keharmonisan dalam pergaulan dan bermua’malah sehingga tidak terjadinya fitnah atau penyebaran informasi yang palsu dan akhirnya akan membuat penyesalan di kemudian hari, seperti perpecahan antar pelajar yang mengakibatkan terjadi tawuran antar pelajar dan sekolah seperti yang pernah terjadi beberapa waktu yang lalu. Hal ini di ingatkan oleh Allah SWT, Seperti firman Allah dalam Surah (49) Al-Hujurat Ayat 6 yang berbunyi :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya :“ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu  berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.    (Al-Hujurat: 6).
Rendahnya kesadaran literasi menjadi salah satu faktor pendorong masifnya peredaran kabar bohong atau hoax. Dengan budaya baca yang rendah, masyarakat menelan informasi secara instan tanpa berupaya mencerna secara utuh.
Oleh karena kita sebagai tenaga pendidik terutama di kalangan pelajar diwajibkan harus memiliki kemampuan akan literasi informasi yang dapat  diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi secara efektif dan etis. Sehingga penyebaran berita palsu / hoax bisa kita saring dan teliti kebenarannya baik secara akademik maupun non-akademik yang akhirnya informasi itu bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Untuk menjawab hal tersebut, tulisan ini akan sedikit menjelaskan tentang makna dan konsekuensi dari hoax, menangkal berita hoax di kalangan pelajar dan peran aktif pustakawan sekolah dalam kegiatan literasi informasi. Melalui ketiga bahasan tersebut diharapkan pustakawan sekolah menyadari bahwa hoax ini menjadi tanggung jawabnya dan pelajar / siswa harus lebih menyadari atas bahaya dari informasi hoax ini.
Makna dan Konsekuensi
Untuk mengenal hoax, pustakawan harus memahami tentang makna dan konsekuensi dari hoax itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI (2016), hoax berarti “bohong”, tidak sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya) yang sebenarnya ; dusta. Makna dari kata “ bohong” yaitu perkataan dan perbuatan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sedangkan konsekuensi dari “bohong” adalah pelaku tidak lagi dipercaya oleh orang lain, atau akan mendapat julukan sang “pembohong atau pendusta”. Istilah agama bagi orang yang suka berbohong di sebut “Fasiq”. Apabila hal tersebut teradi maka perkataan dan perbuatan seseorang yang suka berbuat bohong tidak akan lagi dipercaya. Dalam konteks hoax, bagi penyebar kebohongan melalui media tertentu misalnya website, serta telah merusak dan mencemarkan nama baik serta harga diri seseorang maka akan berurusan dengan hukum pidana.
Setelah mengetahui makna dan konsekuensi dari hoax, maka tugas pustakawan sekolah selanjutnya menyediakan informasi yang sehat dan berkualitas kepada siswa maupun guru melalui jasa perpustakaan atau kegiatan literasi informasi. Dalam tugas ini, pustakawan harus mengevaluasi dirinya sendiri bahwa ia sudah mampu atau belum untuk melaksanakan program literasi informasi kepada siswa dan guru, untuk melawan dan mengantisipasi bahaya hoax. Jika sudah mampu, pustakawan dapat melaksanakan program literasinya sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman profesionalnya untuk mencerdaskan siswa.
Dalam tayangan Mata Najwa dengan tema “ Virus Dusta” yang di tayangkan oleh stasiun Metro TV tanggal 23 Maret 2017 Jam 20.00 WIB, ada kutipan sangat menarik yang dapat penulis ambil yakni “ Dunia dirudung berita bohong seiring daya pikir yang semakin kosong. Obsesi mengunyah berita cepat dan berbagi secepat kilat membesarkan berita culas semakin hebat. Penyebar virus dusta bisa siapa saja dari warga biasa hingga rekayasa yang punya kuasa. Hasutan bercampur kebohongan membakar emosi dan memompa kebencian. Tsunami hoax berjalin kelindan dengan kecamuk politik saat para calon berebut simpatik publik. Memblokir dan menangkap bukan akar masalah mengoreksi sistem dan mutu pendidikan adalah jawabannya. Tanggung jawab juga ada pada media arus utama jika tidak bisa dipercaya bisa sama berbahaya. Literasi media serta gerakan literasi sekolah harus digalakan dan berita untuk warga adalah tugas bersama yang tidak bisa diselesaikan secara instan belaka. Karena virus dusta hanya bisa dilawan dengan taktis oleh mereka yang mampu berpikir logis dan kritis.”
Menangkal Berita Hoax
Sebagai preferensi dalam menangkal berita hoax, menurut Masyarakat Anti Fitnah di Jakarta yang dikutip dari Kompas Tekno pada hari minggu (8/1/2016), Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah yang sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli. Lima langkah tersebut antara lain :
1.      Hati-Hati Dengan Judul Provokatif
Berita hoax kerapkali membubuhi judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa dicomot dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.
Karena itu, apabila menjumpai berita dengan judul provokatif, sebaiknya cari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau beda. Dengan begini setidaknya pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.
2.      Cermati Alamat Situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya menggunakan domain blog maka bisa dibilang meragukan.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs yang mengklaim sebagai portal berita. Namun, dari jumlah tersebut yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai oleh kita semua terutama untuk kalangan pelajar yang sangat mudah termakan berita hoax.
3.      Periksa Fakta
Dari mana berita berasal?Siapa sumbernya?Apakah dari institusi resmi seperti Kemendiknas? Sebaiknya jangan lekas percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas maupun pengamat. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh dari informasi yang kita dapat.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyekti.
4.      Cek Keaslian Foto
Di era teknologi digital, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke  kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat diinternet sehingga bisa dibandingkan.
5.      Ikut Serta Grup Diskusi Anti-Hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang. Bahkan saat ini telah di buat aplikasi untuk android yang bernama “ Turn Back Hoax”. Tujuan dibuat aplikasi ini untuk menangkal berita-berita hoax yang sangat meresahkan masyarakat terutama pelajar akhir-akhir ini, yang diakibatkan dari pemberitaan hoax ini adalah pembunuhan karakter dan merusak sel-sel otak untuk berbuat negative, anarkis bahkan radikal.
Kegiatan Literasi Informasi Sekolah
Dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa, pemerintah melalui kemdikbud meluncurkan sebuah gerakan yang disebut Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan ini bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembalajaran sepanjang hayat. 
Seperti jelasnya Gerakan Literasi Sekolah ini, berikut saya kutip dari Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah. Mari kita baca sebagai bahan pembelajaran bagi para warga sekolah agar gerakan ini bisa berjalan dengan dukungan dari semua warga sekolah (guru, peserta didik, wali murid dan masyarakat).
Praktik pendidikan perlu menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran agar semua warganya tumbuh sebagai pembelajar sepanjang hayat. Untuk mendukungnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). 
GLS memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam GLS.
Pada dasarnya prinsip-prinsip gerakan literasi sekolah, antara lain :
1.   Sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik berdasarkan karakteristiknya.
2.   Dilaksanakan secara berimbang; menggunakan berbagai ragam teks dan memperhatikan kebutuhan peserta didik.
3.   Berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum.
4.   Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan.
5.   Melibatkan kecakapan berkomunikasilisan.
6.   Mempertimbangkan keberagaman.
Adapun tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah, antara lain :
1    Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud No. 23 Tahun 2015). Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan. Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran: menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran.
Selain itu, pihak sekolah Yayasan Islam Al-Hikmah dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah memanfaatkan teknologi informasi ke dunia pendidikan dan pihak perpustakaan sebagai fasilitator menyediakan situs blogspot.com sebagai wadah para siswa/I menyalurkan bakatnya dalam bidang tulis-menulis, dan yang lainnya.
Pemanfaatan teknologi informasi ini diharapkan dapat meningkatkan minat membaca dan menulis dilingkungan Yayasan Islam Al-Hikmah, sehingga kebiasaan siswa/i untuk berpikir kritis, logis, rasional dapat tercipta dan akhirnya kegiatan literasi informasi yang dilakukan disekolah memiliki manfaat untuk perkembangan pola pikir serta kebiasaan untuk berpikir rasional dapat tercipta dengan baik dan konsep belajar seumur hidup yang diamanahkan oleh permendibud No.23 Tahun 2015, dapat dilaksanakan dengan baik dan cita-cita presiden Indonesia Ir. Joko Widodo yang berharap akan memiliki generasi emas Indonesia di tahun 2045 dapat terwujud dan terlaksana.
Penutup
Peran aktif pustakawan dalam menangkal hoax di sekolah ini sangat diperlukan dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang bebas hoax. Untuk itu, pihak Yayasan, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, guru, dan pemerhati pendidikan  perlu melibatkan pustakawan dan memperkuat perpustakaan dalam mensosialisasikan internet sehat dan pemanfaatan informasi sehat dalam mengantisipasi bahaya hoax yang kini telah menyebar di masyarakat terutama di kalangan pelajar. Terkait dengan kasus hoax ini, tugas pustakawan bukanlah mengajak masyarakat untuk “anti hoax” tetapi mengajak masyarakat untuk “sadar hoaxdengan menggunakan informasi yang sehat, berkualitas, dan mutakhir. Semoga dengan peran aktif pustakawan dalam menangkal kasus hoax di masyarakat terutama di kalngan pelajar, pemerintah lebih perhatian kepada pustakawan Indonesia, terima kasih.
Daftar Pustaka
Dunia Perpustakaan. 2017. Literasi Rendah Ladang Hoax: Warga Membaca Berita Tak Sampai 1 Menit! Di http://duniaperpustakaan.com/literasi-rendah-ladang-hoax-warga-membaca-berita-tak-sampai-1-menit/ (Akses 23 Maret 2017).
KBBI. 2016. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud. Di
http://kbbi.web.id/bohong (Akses 23 Maret 2017).
Kemenkoinfo. 2016. Kominfo Dorong Penggunaan Media Sosial untuk Pustakawan. Di https://kominfo.go.id, 12 Oktober 2016 (Akses 23 Maret 2017).
Tempo. 2016. Mabes Polri: Penyebar Hoax Diancam Hukuman 6 Tahun Penjara.  Minggu 20 November 2016 11.00 WIB Di https://m.tempo.co/read/news/2016/11/20/063821644/mabes-polri-penyebar-hoax-diancam-hukuman-6-tahun-penjara (Akses 23 Maret 2017).
Tempo. 2017. Penyebab Berita Hoax Beredar: Masyarakat Kurang Banyak Baca. Di https://m.tempo.co, 4 Januari 2017 (Akses 23 Maret 2017).
Tribunnews. 2016. Pustakawan Indonesia Harus Melek IT dan Medsos. Di http://jabar.tribunnews.com, 7 Oktober 2016 (Akses 23 Maret 2017).