Dalam rangka turut serta mewujudkan
perpustakaan sekolah yang profesional dan menyukseskan Gerakan Literasi
Nasional sebagai bagian dari upaya meningkatkan mutu pendidikan
nasional, Pengurus Pusat Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia
(PP Atpusi) menyelenggarakan seminar dengan tema “Peran Tenaga
Perpustakaan Sekolah dalam Gerakan Literasi Nasional” di Ruang
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa, 23 Mei 2017.
Pada kesempatan itu, Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Dadang Sunendar yang menjadi pembicara
kunci pada seminar tersebut menyampaikan pesan Mendikbud bahwa salah
satu hal penting yg digarisbawahi adalah pemberdayaan perpustakaan.
Perpustakaan menjadi salah satu basis utama pendidikan yang memberikan
dukungan langsung kepada peserta didik di berbagai jenjang. Mendikbud
juga berpesan bahwa Badan Bahasa harus membantu
perpustakaan-perpustakaan bukan hanya di sekolah.
“Salah satu tugas kami terkait Gerakan Literasi
Nasional (GLN) adalah memperkuat seluruh perpustakaan yg ada di tanah
air. Tugas dan fungsi (tusi) kami sampai saat ini baru pada tingkat
penyusunan. Tahun lalu, kami sudah menghasilkan 170 buku cerita rakyat
yaitu berupa cerita daur ulang, baru, dan lama. Sekitar 500-an cerita
kami periksa dan kami minta penilaiannya pada Pusat Kurikulum dan
Perbukuan (Puskurbuk), Kemendikbud,” ujar Dadang.
Selanjutnya, Dadang menuturkan bahwa “Strategi
kami adalah menyampaikan cerita-cerita tersebut kepada ditjen yg
memiliki tusi pendanaan untuk buku-buku tertentu seperti Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) yang tusi utamanya adalah
pengadaan buku2 teks utama. Kemudian memberikan buku-buku tersebut dalam
bentuk daring kepada Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekkom),
Kemendikbud. Karena beberapa sekolah dan perpustakaan sudah memiliki
sarana prasarana yang memadai, sehingga mereka bisa mencari melalui
laman Kemendikbud,” tuturnya.
Ia menambahkan, bahwa selama ini kita kurang
memberikan peran yang cukup besar kepada pustakawan. “Republik ini
sangat memerlukan peran pustakawan-pustakawan,” tambahnya.
Sejak tahun 2016, Kemendikbud menunjuk Badan
Bahasa menjadi Koordinator Gerakan Literasi Nasional (GLN). “Salah satu
rekan kami adalah perpustakaan-perpustakaan dan dalam waktu dekat kami
merencanakan pencanangan GLN yang melibatkan kementerian/lembaga, dan
perpustakaan. Bila dari Badan Bahasa memiliki 30 balai/kantor bahasa di
30 provinsi, nantinya masyarakat bisa datang ke balai/kantor bahasa
untuk mencari buku-buku sastra,” ungkap Dadang.
Sementara itu, Perpustakaan Nasional (Perpusnas)
jangkauannya lebih luas sampai ke pelosok, baik perpustakaan di tempat
maupun bergerak. “Hal ini yang akan kita dorong yaitu peran perpustakaan
dalam menggerakkan literasi, karena yang perlu dibangun bersama adalah
mengubah masyarakat dari Pembaca reaktif (membaca karena ada kejadian)
menjadi pembaca proaktif. Mari kita mulai menghilangkan stigma bahwa
masyarakat Indonesia tidak gemar membaca melalui wajah-wajah pustakawan
yang ceria mengundang masyarakat untuk datang ke perpustakaan,” kata
Dadang.
Menurut Dadang, minat baca masyarakat Indonesia
sebetulnya besar, contohnya adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Badan Bahasa adalah laman dengan peringkat nomor satu yang paling banyak
dibaca di Indonesia. “Ini juga menunjukkan ada kegiatan literasi di
sini, dalam waktu dekat kami akan mencetak sepuluh ribu KBBI dan
dibagikan ke sekolah-sekolah. Memang untuk saat ini jumlahnya masih
terbatas,” ungkap Dadang.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat
Pengembangan dan Pelindungan, Badan Bahasa, Hurip Danu Ismadi mengatakan
bahwa tahapan GLN untuk 2016 adalah terkait rintisan dan pengenalan,
tahun 2017 terkait penyelarasan dan pelaksanaan, tahun 2018 terkait
peluasan dan penguatan, dan tahun 2019 terkait evaluasi dan tindak
lanjut. Sedangkan target implementasi GLN pada lingkup keluarga, tahun
2017 mencakup 80 kabupaten/kota, tahun 2018 mencakup 100 kabupaten/kota,
tahun 2019 mencakup 150 kabupaten/kota, dan tahun 2020 mencakup 184
kabupaten/kota.
Sementara itu, menurut Danu target pengayaan bahan
literasi untuk sekolah pada tahun 2017 sejumlah 475 bahan bacaan, tahun
2018 sejumlah 780 bahan bacaan, tahun 2019 sejumlah 1085 bahan bacaan,
dan tahun 2020 sejumlah 1390 bahan bacaan.
Sumber :
https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/menggerakkan-literasi-melalui-perpustakaan/